Assalamualaikum.
Sungkeman? Aku baru saja mendengar suatu pendapat dari salah satu orang terdekatku, bahwa "sungkeman" tidak dibolehkan. Mengapa? Karena menurut mereka sungkeman itu dilakukan dengan cara membungkukkan badan atau serupa dengan rukuk, dimana dalam rukuk itu kita merendahkan diri dan merendahkan hati kita kepada mereka, yang seharusnya hanya boleh dilakukan hanya kepada Allah SWT.
Tapi... aku masih bingung.
Apakah rukuk dengan niat merendahkan diri kepada orang tua tidak bisa dibedakan dengan rukuk dengan niat merendahkan diri kepada Allah? Apa kita tidak bisa membedakan niat ketika kita berada di posisi sebagai seorang anak dan ketika berada di posisi debagai seorang hamba? Apa jika kita rukuk kepada orang tua, berarti kita menyembah orang tua?
Lagian... seperti ini deh gampangnya. Kalau misalnya kita hanya boleh merendahkan diri kepada Allah, berarti kita tidak boleh merendahkan diri kepada orang tua? Lalu untuk apa kita memelankan suara ketika berbicara kepada mereka? Misalnya saja ketika kita duduk di kursi, lalu kita melihat orang tua duduk di lantai, kita otomatis menawarkan mereka untuk duduk di kursi, sementara kita duduk di tempat yang lebih rendah. Apa itu berarti kita mendewakan mereka? Itu sesuatu yang sama sekali berbeda ketika kita menghadap kepada Allah, kan?
Seperti halnya ini. Kita pastinya pernah mendengar, kan. Ada sebuah sekolah yang tidak membolehkan para muridnya untuk berupacara bendera pada hari Senin. Dengan alasan karena menghormat hanya boleh dilakukan kepada Allah SWT.
Apa kalau kita menghormati bendera, apa berarti kita menyembah bendera? Apa kita terlalu susah untuk membedakan niat untuk beribadah kepada Allah dan menghormati Negara kita?
Posisi menghormati bendera itu seperti apa, sih? Apa termasuk dalam salah satu rukun Sholat?
Apa kita berada dalam posisi seperti ini ketika beribadah kepada Tuhan? Dimana segi menyembahnya?
Lalu masalah merendahkan hati. Apa kita tidak boleh berendah hati kepada mereka, berarti? Jangankan kepada mereka. Kepada sesama manusia berati kita tidak boleh berendah hati? Kalaupun dalam konteks yang berbeda, berbedanya seperti apa? Beri alasan yang jelas.
Tapi sebenarnya kita sudah bisa membedakannya, kan. Kita sendiri hanya dengan berpikir secara garis besar bisa membedakan perilaku kita ketika berhadapan kepada Tuhan dan kepada orangtua kita. Tidak lupa kan, kalau Allah menyuruh kita memuliakan orang tua?
Dalam kesempatan mana lagi kita dapat meminta maaf atas segala kesalahan, kekasaran kita kepada mereka secara langsung? Kapan lagi semua sakit hati antara kita dan orangtua bisa dengan murni begitu saja termaafkan? Apa kalian yakin, dalam kehidupan sehari-hari bisa dengan gampangnya meminta maaf?
Sungkeman atau tidak, itu hak setiap keluarga, sih. Tidak bisa dipaksakan jika tidak berkenan. Tapi yakinkan kalau kalian bisa saling meminta maaf dan saling mendoakan orangtua kalian dalam kehidupan sehari-hari.
(ya... bukan berarti juga kalian boleh sering-sering bikin kesalahan pada orangtua kalian, kalau kalian memang melaksanakan acara sungkeman tiap tahun...)
*mohon maaf ya.... gambarnya.... Hahahahahaha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar