Pages

Is everything heavy? To put those burdens down, it isn't easy, right? What exactly are you living it for? Why did you end up collapsing again? What are you doing now? What should you be doing? Is it really okay to be this way?

Kamu bisa menangis, tapi kamu lebih memilih untuk nggak menangis. Kamu bisa teriak, tapi lebih memilih untuk menghela napas panjang.

Nggak apa apa! Semuanya akan baik baik saja. Semua yang kamu harapkan akan datang sebentar lagi. Semua usahamu nggak akan sia sia. Mungkin bukan hari ini, mungkin bukan besok, atau juga lusa. Tapi pasti sebentar lagi kabar baik akan datang.

You just have to trust the process and keep your soul burning. Tetaplah melakukan apapun sebaik mungkin. Tetaplah semangat dan jangan menengok ke belakang. Sebentar lagi tujuanmu akan sampai. Allah melihat kerja kerasmu. Malaikat menghitung keringat dan semangatmu.

Way to go!
Tulisan ini dikutip dari salah satu ceramah Ust. DR Khalid Basalamah, MA. Mohon koreksinya kalau sekiranya ada referensi yang kurang tepat atau mungkin ada rujukan lain. Semoga bisa bermanfaat. 😃

Jadi di dalam agama Islam ada yang namanya hukum Qisas. Qisas itu adalah istilah dalam hukum islam yang berarti pembalasan (memberi hukuman yang setimpal). Misalnya dalam kasus pembunuhan, hukum qisas memberikan hak kepada keluarga korban untuk meminta hukuman mati kepada pembunuh. Misalnya, hukuman potong tangan bagi pencuri, penggal kepala bagi pembunuh, rajam bagi pezina, dan sebagainya.

Tapi itu semua hanya berlaku bagi orang-orang yang dilaporkan, ada saksi, ada bukti, atau ada proses penghakiman dari masyarakat yang melihat. Tidak berlaku bagi orang-orang yang (misalnya) pernah berzina beberapa tahun yang lalu, dan sekarang sudah bertaubat, lalu orang tersebut datang kepada seorang Ustadz atau Kiyai mengakui dosanya, lalu minta dihukum dengan hukum Qisas, berharap dengan demikian dosa-dosanya diampuni.

Salah satu hadits dari Bukhari ada yang menceritakan, ada seorang wanita datang kepada Nabi Muhammad S.A.W dan berkata, "Ya Rasulullah, saya sudah berzina dan saya hamil dari hasil zina itu."

Lalu Nabi Muhammad S.A.W menjawab, "Pulanglah, lahirkan anak itu."

Setelah sembilan bulan mengandung bayi tersebut, maka si perempuan tadi datang lagi kepada Nabi untuk meminta hukuman kembali untuk menghapus dosa-dosanya.

Lalu kata Nabi, "Susui anak ini sampai dua tahun."

Setelah memenuhi anjuran tersebut, perempuan tersebut datang lagi kepada Nabi atas kuatnya iman di hatinya untuk mensucikan diri. Akhirnya Nabi Muhammad merajam wanita tersebut karena permintaannya yang berulang kali.

Maksud dari jawaban Nabi ketika itu ditafsirkan oleh para ulama hadits, bahwa cukup bertaubatlah, berlindung di bawah naungan Allah dan jangan sampai terulang kembali (bertaubatlah dengan taubatan nasuha). Karena agama kita tidak memerlukan pengakuan dosa dan berharap dosa-dosa tersebut terhapuskan secara instan dengan sebuah hukuman dari sesama manusia. Justru Allah menyuruh kita untuk tidak mengatakan aib kita sendiri kepada siapapun. Biar Allah Sang Maha Menghakimi yang menentukan hukuman itu sendiri.

Dalam hadits Bukhari Muslim lainnya, Nabi Muhammad S.A.W menjelaskan bahwa orang yang paling buruk di sisi Allah adalah orang yang sudah Allah tutupi kesalahan-kesalahannya, namun ia membukanya sendiri kepada orang lain.

Dalam cerita lain di hadits Bukhari, suatu ketika datang seseorang kepada Nabi Muhammad mengatakan, "Ya Rasulullah, saya berzina."

Lalu Nabi mengalihkan pandangannya ke arah lain dan mengatakan, "Mungkin kau hanya menciumnya."

Kemudian orang tersebut kembali ke hadapan Nabi dan kembali mengatakan, "Ya Rasulullah, saya telah berzina."

Lagi, Nabi mengalihkan pandangannya ke arah lain dari orang tersebut dan mengatakan, "Mungkin kau hanya memeluknya."

Hingga beberapa kali Nabi mengalihkan percakapan tersebut, "mungkin kau hanya begini...", "mungkin kau hanya begini...", dengan maksud menyuruh orang tersebut pulang dan segera bertaubat nasuha. Tapi orang tersebut tetap kukuh dan menjelaskan secara detail tentang apa yang dilakukannya kepada Nabi, lalu memohon untuk dirajam. Akhirnya Rasul mengabulkan permintaannya.

Begitulah kira kira, selebihnya Wallahu a'lam bishawab. Semoga bisa disimpulkan secara sederhana. Kembali lagi, Allah SWT yang lebih tahu.
Years ago, I used to adore many people with their achievement. I used to think that the point of living this world is to be smart, to make much money, to have a lot of friends and a family that i will be proud of.

I start to try working hard on my first career, making a lot of friends there. Until one day, I realized. The more I make a lot of friends, the more I know about their life and what has been going, on them. I feel like I was just wasting my time not to be grateful of my own.

Making money, driving a nice car in a young age, having many friends, living in a nice rent house. I didn't even realize i was that blessed. And what makes it even worst is I just realized it the moment before I submit the resignation letter.

Things were going in and out of my head. I felt so empty inside. I thought I have a lot of people by myside. But I was just all alone. Things were slowly killing me. Things I thought were right, was wrong. And that's how it goes.

What is the point of life when you have achieve many things in life, but you lost the meaning of being a human? When people around you slowly become enemy? When people around you are not actually what you expect, all this time? Having to hurt people, living in a world that take away your gratefulness, making you couldn't even realize that you're 100 times blessed than you ever realized.

Sampai pada satu titik, dimana aku merasa berada sudah sangat jauh di bawah titik nol, bahkan lebih buruk. Rasanya penyakit hati lebih mendominasi isi jiwa dibanding pikiran pikiran positif. Aku sudah terlalu jauh dari Allah. Banyak orang yang aku sakiti oleh sikapku, karena aku tidak tahu lagi bagaimana cara hidup dengan benar.

Apa ini yang akan menjadi masa depanku? Apa aku bisa hidup berkeluarga dengan kualitas ku sebagai manusia yang seperti ini?

What the point of making a lot of money, but in the end they were just wasted for somehing that would heal your scars inside your soul? When you're not in a good shape? What the point of having many friends, when they can somehow become your enemies anytime?

But when I decided to loose them all, am I ready to take the risk behind? Can I face the people I love? Would I be able to have this memory as a wound in my life?

Or... maybe I was just thinking too far about what will be happen when I choose what I thought was right for my life? When it was just a simple yes, or not.

But now, even things are still not very clear to see, my soul is getting better, my patience is much stronger than I ever had before. I know how to save, I know where do I start to prepare. Orang orang di sekitar ku menjadi lebih sedikit, tapi lebih memiliki arti. Di saat orang lain sakit hati dengan melampiaskan ke orang lain, aku mulai belajar untuk melampiaskannya dengan tulisan. Tidak perlu menyakiti untuk menghilangkan rasa sakit. Tidak perlu tahu banyak untuk bisa hidup dengan tenang. Tidak perlu uang banyak untuk bisa menabung.
I spent a day just like any other day. It's fine that I am still all by myself. I used to think I couldn't live without people, but I'm still living this way, anyway. Even though it feels a little bit different.

I was just throwing it all off freely things that burden me, trying not to care about anything from the past.

There's a time when I wanted to see the answers clearly, but suddenly i found myself locked in a prison, not knowing what to do. What can I do while the time just keeps moving forward? Feel like my heart filled with something so heavy.

While I've been missing something, a whole day has passed. While I've been missing something, months has gone by. And there is me, just living like that.

Even though I keep reminding myself that everything will be okay, at the end something just remain. Honestly, I'm a little bit empty.
Dreams that filled up my head are lost page by page, now it has faded. Written in the past on all those small papers. Now I'm blanking out.

It's not easy to look at a different tomorrow.

Even if I endure through a day like today, each day keeps repeating. Foolish things keep repeating. So I'm standing in a corner by myself, thinking maybe tomorrow will be different. I can't take a single step.

Future hopes that I wanted to fulfill, they're still stuck in that time. Sometimes I miss the moment of years ago. Because if I stand there again, maybe I can smile, even just for a moment.

Now I'm used to do the same things, repeating over and over. Yes, time is just passing like that. Can things be as I drew in my head? Even if it's just for a day?
Assalamualaikum.

Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah aamiin. 😊

Anak-anak Twitter nowadays suka bikin konten-konten diskusi dan aku suka banget menyimak bahasan-bahasan di dalamnya. Nah yang bener-bener baru berlangsung dan eye-catching menurutku, ada pembahasan mengenai hukum dalam Islam tentang hak wanita dan laki-laki. Karena ini seruuu banget.

Jadi di dalam diskusi itu (maaf nggak bisa menyertakan screen-shoot-annya, karena saya terlalu malas untuk meminta izin satu-satu akun untuk mengambil gambar cuitannya) banyak yang ngasih tanggapan positif dan negatif. Dari yang hanya sekedar menyampaikan hadist yang sudah sering kita dengar, sampai ada yang benar-benar kritis menanggapi.

Sebelumnya, aku mau ngejelasin kalau aku ini mungkin termasuk ke dalam tipikal jama'ah yang cari aman ya teman-teman hehe, karena aku masih ngerasa ibadah dan kemampuanku untuk mengkritisi masih sangat minim. Jadi lebih sering nggak ikut mengeluarkan suara dan memilih untuk menyimak, kemudian menyimpulkan sendiri apa yang bisa aku terapkan di kehidupan pribadiku.

Jadi dimulai dari diskusi terbuka seorang akhwat yang lagi menjaring aspirasi tentang Islam yang mendukung keadilan gender, dengan Rasulullah sebagai role model-nya. Tapi ada pula yang menemukan ayat Quran/teks hadist yang paradoks soal itu.

Nggak lama kemudian, benar-benar banyak tanggapan dan contoh-contoh awam yang mungkin sudah sering kali kita dengar juga mungkin di diskusi dengan orang-orang terdekat kita. Contohnya perempuan yang boleh dipukul kalau melawan suami, malaikat yang melaknat istri yang menolak untuk melayani suami, hak waris, poligami, menikah dengan ahli kitab, istri yang menjadi hak suami sepenuhnya melebihi orang tua, reward di surga, dan masih banyak lagi. Mungkin sebenarnya kalau kita kaji lebih dalam, aku yakin banget akan ada titik terang yang bisa membuat kita nggak bertanya-tanya dan merasa nggak adil.

Yang selalu bikin hatiku tenang dengan semua peraturan Islam yang aku pelajari walau mungkin belum begitu dalam ini, yaitu kepalaku sudah terprogram untuk selalu meyakini kalau nggak ada yang nggak adil di alam semesta ini dan akhirat nanti. Bahkan tiap perbuatan yang kita lakukan selalu akan datang balasannya cepat atau lambat.

Bagi aku pribadi, toh jika Allah memberikan hak lebih kepada laki-laki dengan segala hukum yang sudah diberikan kepada umat Islam, itu wajar-wajar aja. Cukup kita lihat dari dua sisi saja, kewajiban mencari nafkah dan kondisi manusiawi (fisik beserta seluruh hawa nafsunya). Tapi ingat bahwa wanita lebih dimuliakan karena diciptakan lebih lemah.

Sebenarnya toh jika akhwat ada yang merasa hak laki-laki lebih banyak dibandingkan wanita, akan lebih afdol kalau kita list dulu semua keringanan yang juga diberikan Allah untuk wanita.

Dari keringanan untuk tidak melakukan ibadah wajib ketika berhalangan, tidak diwajibkan sholat jumat, tidak diwajibkan sholat lima waktu di masjid, tidak diwajibkan mencari nafkah, malah memiliki hak untuk dinafkahi, dimuliakan oleh anak melebihi ayah, hak untuk harus dijaga ketika bepergian keluar rumah, hitungan ibadahnya ketika melayani suami, ketika hamil, melahirkan, menyusui, itu semua tidak dimiliki suami, dan masih banyak lagi.

Dan masalah hukuman fisik, hak milik sepenuhnya kepada suami dibandingkan orang tua istri, dan sebagainya, menurutku bisa diselesaikan dengan berdiskusi satu sama lain. Karena sebelum menikah pun pasti selalu ada pertemuan antara dua keluarga kan. Pihak yang menikah maupun keluarga satu sama lain mempertimbangkan hartanya, keturunannya, parasnya, dan agamanya. Mukmin yang berasal dari keluarga baik dan memiliki agama yang baik pasti akan menghindari perselisihan yang tidak ada titik temunya dan akan menjaga semua janji dan tanggung jawab kepada keluarga kedua belah pihak sebelum menikah. Toh kedua belah pihak juga bisa menolak sebelum terjadi akad kan.

Oleh karena itu percayalah kalau semua hukum di agama kita sangat indah dan adil pada tempatnya.

Wallahu a'lam bishowab.