11/11/11
Assalamualaikum.
Mumpung lagi tanggal cantik, aku mau ngepost nih. Akhir-akhir ini jarang banget ngupdate blog. Males banget rasanya ngetik. Padahal dulu rajinnya bukan main. Jaman-jamannya baru bikin. Hahaha... (kok jadi curhat zzz -__-)
Oh iya. Dari kemarin aku mikirin ini, nih. Yang biasanya orang-orang omongin. Tentang... lebih baik menjadi diri sendiri, daripada memiliki banyak teman tapi harus menjadi orang lain. Intinya, nggak usah niru-niru orang lain, deh. Jadi dirimu sendiri aja, apa adanya.
Aku bingung banget sama quote ini.
Asal tahu aja. Aku ini punya kepribadian yang "enggak banget". Aku ini sebenernya kuper banget. Dari SD aku paling nggak bisa yang namanya ngomong sama orang lain. Aku hobi banget diem. Kalau ada orang lain ngomong aku males gabung. Nggak mau tahu keadaan luar. "Diam itu emas", pokoknya itu mottoku banget, deh. Pokoknya amit-amit banget, pendiemnya. Nah, sekali ngomong... nggak asik banget. Garing, ngasal, nggak jelas deh, pokoknya. Aku sampe malu sendiri nginget-nginget aku yang dulu. Coba aja bayangin. Kalau aku masih melihara sifat-sifat yang kayak gitu, aku nggak bakal punya teman satupun sampai sekarang ini. Bukan berarti saat ini temen-temenku bejibun. Seenggaknya alhamdulillah sekarang aku punya teman-teman yang bisa mendengar apa yang aku pengen ngomong.
Intinya apa sih, itu quote?
Apa mengikuti gaya orang lain untuk mendapatkan teman itu salah? Apa membuang sisi buruk itu salah? Merubah diri itu salah? Orang cerewet dengan orang yang pendiam tidak boleh mendapatkan kesenangan yang sama?
Apa intinya, sih? Contohnya gimana?
Aku ngaku, deh. Selama ini aku selalu mengikuti gaya orang lain. Dari dulu sampai sekarang. Aku bisa memiliki teman sejauh ini juga dari hasil meniru gaya orang lain. "Aku" yang sekarang bukan "aku" yang murni. "Aku" yang terkontaminasi, lebih tepatnya. Tanpa contoh yang bisa diikutin, aku nggak akan bisa berubah. Aku nggak akan bisa memiliki kebahagiaan yang kurasain selama ini.
Satu lagi. Aku yang dulu, setelah punya beberapa temen, nggak pernah bisa nahan yang namanya emosi. Ngomong nggak pernah disaring. Semua unek-unek pasti akan tekeluar dalam bentuk kata-kata. Yang ujung-ujung nya kata-kata yang nggak bagus itu juga akan sampai ke telinga orang-orang terdekatku. Entah orang-orang sekitar, atau mungkin media-media (friendster, facebook). Sampai orang-orang yang menyebalkan tersebut mungkin udah nggak punya nama baik lagi, kali (hmmm... mungkin agak lebay) (yah... seenggaknya ada gambaran lah, ya). Dan mungkin sifat-sifat itu masih kebawa sampai sekarang sedikit-sedikit.
Aku bisa ngehilangin semua sifat-sifat jelek itu dari melihat orang-orang sekeliling juga. Ada banyak contoh yang pengen kuikutin. Banyak kebiasaan-kebiasaan yang pengen aku buang. Termasuk yang barusan kusebutin di atas itu. Aku pengen jadi orang yang nggak dibenci.
Aku kadang mikir, jangan-jangan orang yang bikin kata-kata mutiara ini cuma nggak mau gayanya diikutin sama orang lain. Nggak mau yang norak jadi gaul. Maunya dia aja yang gaul. Memang, sih. Kalau gaya kita diikutin sama orang lain memang nyebelin. Tapi... yaudah, lah. Kayak nggak pernah ngikutin gaya orang lain aja. Kamu bukan fashion icon.
(loh kok jadi sewot? -__-) maaf ya.
Apa hidupmu bakal tenang, dengan hidup yang cuma bisa menjadi dirimu sendiri selamanya? Iya kalo dirimu sendiri itu bagus. Lah kalau enggak, gimana? Kalau diri kamu yang asli itu cuma bisa nyusahin orang lain, gimana? Atau mungkin sangking nggak mau nyusahin orang lain, kamu jadi pasif, gitu? Selalu berusaha sendiri? Atau apa deh, contohnya. Bakal tenang nggak? Nyaman nggak hidupmu tanpa belajar dari orang lain?
Hasil belajar dari orang lain itu, ujung-ujungnya dinamakan "meniru" orang lain.
Nggak usah sok berkepribadian bagus, deh. Kamu bukan Rasulullah SAW. Kita masih butuh banyak belajar. Harus banyak meniru orang lain.
(maaf ya, ujung-ujungnya jadi nggak nyantai lagi, deh T___T)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar